Penelitian Pengetahuan Ilmu Al-Qur’an terhadap Warga Kabupaten Bandung
Thursday, June 15, 2017
Edit
Pada hari Jum’at tanggal sembilan Juni 2017, saya
melakukan penelitian terhadap warga kecamatan Cileunyi kabupaten Bandung dengan
mengambil tiga sampel secara acak. Hasil yang didapatnya pun berbeda-beda tetapi
ada pula beberapa kesamaannya dari ketiga sampel tersebut.
Diawali pertemuan dengan ibu Wiwin, seorang ibu rumah
tangga berusia empat puluh tahun yang berpendapat bahwa al-qur’an merupakan
pedoman umat islam. Beliau mendapat ilmu-ilmu al-qur’an itu ketika beliau dulu
Madrasah dan ketika sekarang belajar di pengajian Majelis Ta’lim Alyasiniah. Dikarena
beliau sibuk mengurus rumah tangga, jadi beliau membaca al-qur’an ketika
sempatnya saja, biasanya beliau membaca al-qur’an setelah solat maghrib. Mushaf
yang dibacanya tidak disertai terjemahan, sehingga beliau dalam kesehariannya tidak
membaca terjemahan al-qur’an. Namun terkadang beliau belajar tafsir al-qu’an
ketika di tempat pengajian. Dalam proses belajar di pengajian terkadang mengerti
tetapi terkadang mudah lupa akan ilmunya,
karena usia empat puluh tahun dengan dua puluh tahun tentu mempunyai daya
tangkap yang berbeda ketika proses belajar. Karena beliau tidak mengetahui isi
kandungannya dan karena jarang membaca terjemahannya, jadi beliau merasa
biasa-biasa saja ketika sesudah membaca al-qur’an, namun beliau mendapatkan
rasa kenyamanan dan ketenangan setelah membacanya dan beliau juga sangat yakin
akan kandungan al-qur’an walaupun tidak paham akan isinya. Ketika dulu Madrasah
beliau hafal banyak surat-surat pendek, namun karena sekarang jarang dipakai, jadi
banyak surat yang lupa. Ketika melantunkan ayat al-qur’an pembacaannya sangat
lancar namun kurang dalam makhrojul hurufnya.
Warga kedua yang saya jumpai adalah ibu Lia Yulianti yang
berusia duapuluh delapan tahun. Beliau berpendapat al-qur’an adalah kitab
Alloh, beliau kebingungan ketika diajukan pertanyaan apa itu al-qur’an, beliau
memahami tetapi sulit mengungkapkannya dengan kata-kata. Dia belajar membaca
qur’an dari SD sampai SMP di sebuah mesjid yang dekat dengan rumahnya. Namun
sayangnya beliau tidak selalu membaca al-qur’an setiap hari “jarang-jarang
sih”, katanya. Ketika membacanya pun jarang membaca terjemahannya, namun beliau
mengetahui tentang kisah-kisah dalam al-qur’an. Beliau juga sangat meyakini
akan kandungan al-qur’an. Karena jarang membaca, hafalan yang dimilikinya pun
hanya sedikit saja.
Warga terakhir yang saya jumpai adalah seorang pedagang
bernama pak Sanwani yang berusia empat puluh tahun. Berpendapat bahwa al-qur’an
merupakan jalan hidup untuk orang islam. Mengakui tidak terlalu lancar membaca
al-qur’an tapi bisa baca, tidak buta huruf. Disayangkan juga membaca al-qur’annya
tidak terlalu sering, tidak setiap hari. Sudah belajar tajwid dan makhrojul
huruf sejak kecil namun tidak terlalu menguasai. Beliau juga agak kesulitan
dalam memahami kandungan al-qur’an, namun beliau sangat yakin akan
kandungannya. Merasa lega, tenang, dan tentram setelah membaca al-qur’an. Karena
jarang membaca, hafalan yang dimilikinya pun hanya sedikit saja.
Kesimpulan yang saya peroleh dari penelitian tersebut,
bahwa warga kabupaten Bandung sudah mengetahui, meyakini, dan sudah mampu
membaca al-qur’an, namun mereka masih jarang dalam membaca dan menghafalnya.
Mereka mengetahui al-qur’an itu sebagai petunjuk hidup, namun di kenyataannya meraka
jarang membiasakan untuk membaca terjemahan dan mengkaji isi kandungannya. Yang mereka rasakan hati terasa
tentram ketika membacanya meski tidak paham akan kandungannya. Mengikuti
pengajian sangat mempengaruhi terhadap pengetahuan ilmu-ilmu al-qur’an. Oleh
karena itu dibutuhkan pengajian-pengajian yang membahas kandungan al-qur’an
dari berbagai usia guna warga bisa lebih memahami betul akan pedoman-pedoman
al-qur’an dan guna warga bisa lebih kenal dan dekat dengan penciptanya.
Related Posts